Thursday, February 22, 2018

Bukittinggi Siapkan Program Sekolah Keluarga

Bukittinggi, KABA12.com --- Permasalahan sosial kemasyarakatan, khususnya yang menimpa golongan remaja beberapa waktu terakhir, memang menjadi soeotan berbagai pihak. Termasuk Ketua TP PKK Bukittinggi, Ny. Yesi Endriani Ramlan sendiri. Mulai dari masalah persoalan pelecehan seksual, narkoba, lesbian gay biseksual dan transgender (LGBT), seks bebas, penikahan dini, menjadi masalah yang harus segera diantisipasi agar tidak meluas di Bukittinggi.

Yesi menilai, masalah paling besar yang harus segera diberantas adalah LGBT. Maraknya penyakit masyarakat tersebut, seperti memiliki sistem yang terstruktur dengan niat memasalkan LGBT itu dengan target siswa usia SD dan SLTP. Generasi muda itu diiming-imingi dengan rayuan hingga korban terperdaya, menginginkan sendiri dan tidak bisa lepas dari lingkungan dan sikap hidup seperti itu lagi.

"Ini akan merusak generasi muda kita. Akan jadi apa anak kita nanti jika dibiarkan LGBT itu marak terus," ujarnya.

Untuk memutus mata rantai dari kasus itu, lanjut Yesi, harus ada ketahanan keluarga yang dimulai dari dalam sendiri. Bersama TP PKK dan DP3PPKB, Yesi membuat program Sekolah Keluarga. Pilot pertamanya setiap kecamatan satu kelurahan. Modulnya mengenai agama, etika, sumbang 12, fungsi kesehatan alat reproduksi, hak dan kewajiban dimata hukum. Menurut rencana, sekolah keluarga ini akan dilaunching pada Sabtu 24 Februari 2018 di Gedung Triarga Bukittinggi.

"Cukup banyak ahli-ahli bidang pendidikan anak yang bersedia berbagi ilmu dalam sekolah Keluarga itu. Karena itu, kami berharap masyarakat bersedia meluangkan waktu mengikuti sekolah keluarga itu, yang akan dilaksanakan mulai bulan Maret mendatang. Warga yang berminat silahkan mendaftarakan diri ke setiap kelurahan," ungkapnya.

Pembinaan keluarga dan mendidik anak tidak hanya tugas ibu tapi juga tugas ayah, nenek dan keluarga lainnya. Karena itu orang tua diikutkan program Sekolah Keluarga ini. Pesertanya keluarga inti, baik itu ibu dan ayah atau nenek atau paman dan tante dari keluarga yang mempunyai anak usia 0-17 tahun. Satu kelas terdiri dari 30 peserta, sehari belajar dua jam, akan disepakati jam berapa siswa bisa dan hari dan tempat yang sesuai, akan kerjasamanya dengan Lurah untuk menyediakan tempat. Sistem pembelajaran pun tidak monoton materi saja.

"Materinya tentang keluarga hebat, seratus hari pertama kehidupan. Akan dirapatkan dulu ide dan materi yang akan disusun dengan merangkul SKPD terkait. Narasumber adalah ASN yang ahli dibidangnya untuk memberikan materi sesuai keahliannya. Dikumpulkan juga buku-buku yang dibutuhkan," ulas Yesi.

Diharapkan keluarga di Bukittinggi memiliki ketahanan keluarga, sehingga anak saat pulang ke rumah akan merasa nyaman dan damai. Sehingga mau berbagi dengan ayah dan ibu maupun neneknya bukan berbagi dengan orang lain.

(Ophik)

No comments:

Post a Comment