Monday, January 29, 2018

Dolar AS Melandai, Harga Minyak Menanjak

Jakarta, kaba12.com --- Harga minyak dunia terus menanjak pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (26/1), waktu Amerika Serikat (AS). Hal itu tak lepas dari melemahnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lain di dunia.


Dilansir dari Reuters, Senin (29/1), harga minyak mentah acuan berjangka Brent meningkat US$0,1 atau 0,1 persen menjadi US$70,52 per barel setelah mencapai level tertinggi US$70,83 pada sesi perdagangan. Sehari sebelumya, harga Brent sempat mencapai US$71,28 per barel, tertinggi sejak 2014.


Kenaikan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,63 atau hampir 1 persen menjadi US$66,14 per barel. Pada penutupan perdagangan Kamis (25/1), harga WTI mencapai US$6,66 per barel, level tertingginya sejak Desember 2014.


Secara mingguan, harga Brent naik hampir 2,7 persen sedangkan harga WTI meningkat 4,3 persen.


"Secara teknis, minyak mentah sedikit berlebihan dibeli namun tidak menyebabkan penjualan besar-besaran saat ini," ujar Mike Sabor, ahli strategi seniro RJO Futures di Chicago.


Kedua kontrak berjangka menguat ditopang oleh pelemahan kurs dollar AS terhadap mata uang lain yang mencapai level terendahnya dalam tiga tahun terakhir.


Mengingat minyak mentah dihargai dengan dolar AS, pelemahan dolar AS dapat mendongkrak permintaan terhadap minyak seiring harga minyak. Keoknya dolar AS membuat minyak menjadi relatif lebih murah di mata pembeli yang menggunakan mata uang lain.


"Penurunan dolar meningkatkan ekspektasi kami bahwa harga Brent akan berada di level US$70 untuk sedikit lebih lama," ujar Kepala Strategi Pemasaran Congluenfe Investment Management Bill O'Grady St Louis, Missouri.


Dari sisi penawaran, produksi minyak AS diperkirakan bakal segera mencapai 10 juta barel per hari (bph), membuatnya setara dengan produsen minyak kelas kakap Saudi Arabia.


Pekan lalu, perusahaan pengebor minyak AS menambah 12 rig yang merupakan kenaikan terbanyak secara mingguan sejak Maret. Hal itu berdasarkan laporan perusahaan layanan energi Baker Hughes yang dirilis Jumat lalu.


Sementara itu, perusahaan investasi (hedge fund) tengah meningkatkan posisi beli (long) secara terus menerus mengingat pengetatan pasokan bakal membuat harga tetap di atas.


Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS menyatakan manajer keuangan meningkatkan posisi beli bersih mereka pada minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi di New York dan London sebesar 7.612 kontrak menjadi 549.602 kontrak pada minggu yang berakhir 23 Januari 2018.Realisasi tersebut merupakan rekor tertinggi baru.


Dalam laporan terpisah, Intercontinental Exchange Inc menyatakan para spekulan meningkatkan posisi di minyak Brent pada minggu yang berakhir pada 23 Januari 2018, sebesar 13.912 kontrak dari rekor pekan sebelumnya, menjadi 582.707 kontrak, atau secara kasar setara dengan 584,7 juta barel minyak.


(Dany)

No comments:

Post a Comment